BEIJING, KOMPAS.com — Polisi berpakaian preman memukul istri seorang pejabat provinsi. Mereka mengira, perempuan itu salah seorang dari banyak warga China yang mengajukan petisi ke kantor pemerintah dengan harapan kekeliruan segera ditangani.
Kasus kesalahan mengenali orang itu menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan pengguna internet China, dan menyoroti pelecehan yang rutin dialami kelompok pemberi petisi di China oleh polisi dan orang bayaran yang ingin membungkam mereka. Demikian laporan China Daily, Rabu (21/7).
Enam personel keamanan menangkap Chen Yulian, istri seorang penegak hukum provinsi, Juni lalu, ketika perempuan tersebut mulai memasuki bangunan kantor suaminya, yang juga menjadi markas partai Provinsi Hubei.
"Peristiwa itu adalah sebuah salah pengertian total," kata pemimpin Partai Komunis biro wilayah kepada China Daily. "Personel polisi kami tak pernah menyadari bahwa mereka memukuli istri seorang pemimpin senior."
Para pemimpin China terobsesi untuk memelihara kestabilan sosial dan membangun masyarakat yang harmonis. Ribuan orang mengeluarkan petisi untuk menyampaikan keluhan mereka ke Beijing setiap hari. Banyak keluhan mereka berpangkal dari penyitaan tanah. Yang lain berusaha membicarakan kembali rencana pemutusan hubungan kerja dari perusahaan yang bangkrut di sektor perusahaan negara China tahun 1990-an.
Personel keamanan yang memukuli Chen sampai babak belur belakangan diidentifikasi sebagai personel keamanan masyarakat dari Wuhan, ibu kota provinsi tersebut. Mereka telah mendapat tugas menjaga bangunan kantor itu dan menaklukkan pemberi petisi. "Pukulan keras demi pukulan menghujani muka perempuan tersebut selama lebih dari 16 menit," demikian tulisan dalam laporan itu.
Chen ambruk ke tanah meskipun dia berusaha menjelaskan bahwa suaminya bekerja di kantor tersebut. Surat kabar itu juga mengatakan, istri pejabat tadi kemudian dibawa ke kantor polisi dan dibentak-bentak ketika meminta perawatan atas lukanya.
Serangan tersebut membuat perempuan itu menderita gegar otak, kerusakan otak, dan jaringan saraf. Chen dibebaskan dan dikirim ke rumah sakit setelah dia menghubungi suaminya melalui telepon, dan para pejabat senior polisi meminta maaf yang sedalam-dalamnya.
"Apakah ini berarti polisi tak boleh memukul istri para pemimpin, tapi rakyat jelata boleh digebuki?" begitu pertanyaan seorang pengunjung ke bangsal Chen sebagaimana dikutip China Daily.
Kasus kesalahan mengenali orang itu menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan pengguna internet China, dan menyoroti pelecehan yang rutin dialami kelompok pemberi petisi di China oleh polisi dan orang bayaran yang ingin membungkam mereka. Demikian laporan China Daily, Rabu (21/7).
Enam personel keamanan menangkap Chen Yulian, istri seorang penegak hukum provinsi, Juni lalu, ketika perempuan tersebut mulai memasuki bangunan kantor suaminya, yang juga menjadi markas partai Provinsi Hubei.
"Peristiwa itu adalah sebuah salah pengertian total," kata pemimpin Partai Komunis biro wilayah kepada China Daily. "Personel polisi kami tak pernah menyadari bahwa mereka memukuli istri seorang pemimpin senior."
Para pemimpin China terobsesi untuk memelihara kestabilan sosial dan membangun masyarakat yang harmonis. Ribuan orang mengeluarkan petisi untuk menyampaikan keluhan mereka ke Beijing setiap hari. Banyak keluhan mereka berpangkal dari penyitaan tanah. Yang lain berusaha membicarakan kembali rencana pemutusan hubungan kerja dari perusahaan yang bangkrut di sektor perusahaan negara China tahun 1990-an.
Personel keamanan yang memukuli Chen sampai babak belur belakangan diidentifikasi sebagai personel keamanan masyarakat dari Wuhan, ibu kota provinsi tersebut. Mereka telah mendapat tugas menjaga bangunan kantor itu dan menaklukkan pemberi petisi. "Pukulan keras demi pukulan menghujani muka perempuan tersebut selama lebih dari 16 menit," demikian tulisan dalam laporan itu.
Chen ambruk ke tanah meskipun dia berusaha menjelaskan bahwa suaminya bekerja di kantor tersebut. Surat kabar itu juga mengatakan, istri pejabat tadi kemudian dibawa ke kantor polisi dan dibentak-bentak ketika meminta perawatan atas lukanya.
Serangan tersebut membuat perempuan itu menderita gegar otak, kerusakan otak, dan jaringan saraf. Chen dibebaskan dan dikirim ke rumah sakit setelah dia menghubungi suaminya melalui telepon, dan para pejabat senior polisi meminta maaf yang sedalam-dalamnya.
"Apakah ini berarti polisi tak boleh memukul istri para pemimpin, tapi rakyat jelata boleh digebuki?" begitu pertanyaan seorang pengunjung ke bangsal Chen sebagaimana dikutip China Daily.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar